Jumat, 04 Mei 2012

More Photos from Stregoica

Me in action

Hardcore Mommy

Sweet Drummer

Cute Screamer

Jilbab Rebellion

On our way to Batu, Malang





Rabu, 02 Mei 2012

Rumah Tua


Siang itu saya melintasi rumah kuno di pinggiran gang itu. Rumah kuno yang dulunya ditempati oleh seorang wanita renta, serenta rumah itu sendiri. Rumah nenek saya, ibu dari bapak saya. Saat melintasinya tiba-tiba terlintas kenangan yang hampir memudar, kenangan manis yang terjadi saat rumah itu masih bersih dan rapi, tidak seperti sekarang yang kosong dan hampir hancur dengan tanaman marksia yang merambat di seluruh pagar kayunya. Saya teringat sore hari di teras samping rumah itu. Di sana saya dan beberapa sepupu, yang saat itu masih kecil sekitar kelas 2 SD, selalu bercengkrama bersama beberapa tetangga. Terasa ramai dan menyenangkan sekali. Tak jarang sore hari saya habiskan dengan berjuang keras mencabuti uban nenek hanya demi mendapatkan uang lima ratus rupiah yang akan dengan mudah berubah menjadi es lilin ataupun beberapa bungkus keripik dan cokelat.
Ya, seperti sore ini, sinar matahari yang hangat selalu menyertai kami saat bermain di halaman rumah itu, seakan sang mentari ingin merajut cerita dan bercengkrama dengan kami. Kami bermain dengan semangat meski kadang omelan nenek tentang ini itu memenuhi udara sore itu.saya juga teringat bagaimana nenek saya dengan tubuh gemuknya membungkuk-bungkuk dengan susah payah demi menyapu halamannya dari daun-daun mangga yang rontok terkena angin. Setelah selesai, dengan tertatih-tatih beliau duduk di sebuah bangku panjang di teras itu, memperhatikan orang yang berlalu-lalang sambil sesekali menyapa. Khas masyarakat yang tinggal di dalam gang kecil.
Saat sudah agak besar, sekitar SMP, tante saya yang dulunya masih tinggal bersama nenek memutuskan pindah ke rumahnya sendiri. Praktis nenek saya tinggal sendiri di rumah itu. Tak jarang saya menemaninya di saat malam menjelang lalu kembali pulang saat beliau beranjak tidur. Setiap sore seperti ini, dengan sinar matahari hangat memayungi seluruh gang itu, nenek saya dengan setia seperti memenuhi jadwalnya sendiri duduk di bangku panjang dengan seikat sapu lidi bertengger di sampingnya, menandakan bahwa beliau baru saja merampungkan jadwalnya yang lain, menyapu dedauan si pohon mangga. Hampir semua orang yang berlalu-lalang di sana pasti menyapa beliau, entah hanya sekedar tersenyum, menanyakan kabar, hingga pmembahas arisan bulan depan di rumah siapa. Bila tidak ada kegiatan, saya pergi ke rumah itu, yang jaraknya tidak sampai lima ratus meter dari rumah saya. Saya senang duduk menemani beliau, sambil mendengarkan cerita beliau tentang masa muda bapak saya ataupun nasehat-nasehat bagaimana menjadi wanita yang baik. Saya senang memperhatikan bola mata nenek yang telah memudar warnanya karena usia menjadi biru muda keabu-abuan. Meski begitu, penglihatan nenek saya masih cukup tajam untuk melihat siapa yang ada di seberang jalan di luar gang. Setelah bercerita panjang lebar, beliau dengan hati-hati merogoh kutangnya dan mengeluarkan bungkusan dari sapu tangan biru muda dengan garis-garis di sepanjang tepiannya. Ditariknya keluar dua lembar lima ratusan dan menyuruhku membeli bakso dengan rombong warna kuning yang selalu stand by di depan gang. Ya, dua lembar lima ratusan untuk dua mangkok bakso. Sangat murah kan?
Kadang di malam hari saya menemani beliau menonton tivi, lalu beliau masuk kamar dengan terseok-seok dan memanggil saya untuk menginjak-injak punggungnya. Memang, nenek saya tergolong hebat, dengan usia yang sudah tidak muda seperti itu beliau masih kuat untuk merasakan injakan di punggungnya. Meskipun badan saya memang terbilang kurus untuk anak seusia saya, tapi tetap terasa agak menakutkan untuk menginjak-injak (dengan maksud pijatan) punggung seorang wanita renta. Tetapi ya, itulah nenek saya. Lalu setelah dirasanya cukup, beliau menyuruhku menyudahi injakan dan beliaupun segera merogoh bawah bantal, tepat bungkusan sapu tangan itu. Beliau menyodorkan selembar uang ribuan padaku sembari berkata, “Buat jajan besok di sekolah ya”. Saya tersenyum dan mengucapkan terima kasih lalu beranjak pulang karena setelah diinjak-injak (a.k.a dipijit) nenek pasti tertidur.
Rumah kuno itu menyimpan berjuta kenangan tentang bagaimana nenek menjalani masa-masa tuanya bersama beberapa cucunya yang selalu merecokinya dengan pertengkaran-pertengkaran kecil. Saya ingat ketika nenek marah besar tatkala mengetahui saya dan dua orang sepupu laki-laki saya membuat hujan salju dari robekan-robekan kertas kecil. ‘Salju’ itu kami tempatkan di sebuah keranjang kecil lalu kami gantung di dahan terendah pohon mangga di halaman menggunakan tali. Dengan semangat kedua sepupu saya meniupnya sambil memutar-mutar keranjang tersebut uang mengakibatkan ‘salju’ itu berhamburan ke mana-mana. Dan saya dengan senang hati berjingkrak-jingkrak menari di bawah hujan salju itu. Setelah merasa bosan, kami pun melenggang masuk untuk menonton tivi. Tak disangka nenek marah besar melihat salju berkeleleran di halamannya, yang ternyata baru selesai di sapu! Bisa ditebak apa yang terjadi kemudian; kami bertiga menyapu salju itu diiringi omelan nenek kami. Sungguh menyenangkan mengingat masa-masa itu. Masa ketika rumah kuno itu berdiri tegak dengan sejumlah tikus menghuni plafonnya, dengan lantai keramik putihnya yang selalu licin di sapu nenek, dengan lorongnya yang dingin dan kadang terasa menyeramkan.masa ketika setiap hari raya Idul Fitri kami dan semua kerabat selalu berkumpul di rumah itu seusai sholat Ied. Kami semua bergiliran sungkem ke nenek dan saling bersalaman satu sama lain, lalu saya dan beberapa sepupu yang seumuran mulai mendapatkan apa yang diharapka; uang angpao. Rumah itu selalu ramai saat hari raya seperti itu, anak-anak kecil berebut kue kering dan angpao, orang-orang dewasa sibuk bermaaf-maafan dan bercengkrama dengan orang-orang yang mereka kenal yang telah lama tak berjumpa. Masa-masa yang sangat menyenangkan.
  Entah kenapa walaupun bersih dan rapi, saya tidak pernah kerasan untuk menginap di sana. Pernah suatu waktu saya terpaksa menginap di sana karena rumah bapak saya sedang di bangun di beberapa sisinya. Akhirnya saya menginap di rumah nenek dan tidur bersama seorang kakak saya. Sebelum tidur kami bercanda ngalor ngidul, lalu beberapa menit kemudian terdengan dengkur lembut kakak saya, tinggallah saya sendirian berkedip-kedip menatap plafon yang penuh dengan suara gaduh para tikus yang mungkin sedang memperebutkan makanan. Tik,tik,tik, detik jam dinding menemani saya yang masih terjaga, tidak tahu harus berbuat apa. Kamar itu terasa dingin, sunyi dan menyeramkan, membuat saya merasa tidak nyaman, khas sekali rumah kuno. Sampai beberapa jam saya tetap terjaga, membolak-balik tubuh saya ke kiri ke kanan, menebak-nebak adakah seseorang atau sesuatu yang sedang menatap saya. Kamar itu dingin karena atap rumah itu tinggi, dindingnya pun terasa lembab, tetapi badan saya basah kuyup karena keringat. Akhirnya, entah pukul berapa, saya pun terlelap karena kelelahan menahan tubuh saya yang tegang dan berdebar-debar. Setelah itu saya tidak mau lagi menginap di sana, hahahaa…
Saya tidak bisa membayangkan bagaimana nenek bisa melewatkan hari-harinya sendirian di rumah itu. Nenek saya memang berkeras untuk tetap tinggal di sana, padahal beberapa kerabat, termasuk bapak saya, menawarkan nenek untuk pindah dan tinggal bersama. Nenek tetap bergeming. Rumah itu seakan tidak bisa dipisahkan dari hidupnya. Oleh karena itu saya sering mengunjunginya dan menemani nenek sampai malam, sampai beliau terlelap dan menyuruhku pulang. Beliaupun selalu mencuci sendiri baju-bajunya (kebaya dan kain jarik / sewek dalam bahas Jawa), padahal beliau harus menimba dulu dari sumur di dekat dapur. Tetapi beliau malah marah bila dilarang mengerjakan semuanya itu sendiri. Lalu kerabat saya memasangkan sebuah pompa air demi mempemudah pekerjaan nenek, tapi pompa itupun hanya dipakai sesekali saja oleh nenek. Hhh….benar-benar wanita yang keras kepala yah..
Lalu suatu waktu, mungkin karena merasa sudah terlalu tua, nenek sewring menginap di tante saya diantar dengan becak langganannya, dengan alasan mau menemani tante karena memang suaminya baru meninggal. Akhirnya nenek pun memutuskan tinggal di sana dan semua barangnya dipindahkan ke rumah tante. Praktis, rumah kuno itu terbengkalai, tidak ada yang menempati. Beberapa tahun berlalu, rumah itu menjadi semakin sunyi dan menyeramkan, tidak seperti saat nenek masih di sana. Kayu-kayu penyangga atapnya mulai rapuh dan plafonnya berjatuhan di lantai keramik putih yang dulunya selalu mengkilap. Sumur di dekat dapu ditumbuhi lumut tabal dan sarang laba-laba menghiasi setiap sudut rumah itu. Pohon mangga di halamannya juga telah dipotong oleh bapakku karena memang sudah tua dan berbahaya karena sewaktu-waktu bisa saja roboh. Sangat menyedihkan melihat kondisi rumah itu mengingat berjuta kenangan yang merembes di seluruh dindingnya.
Suatu hari terdengar kabar menyedihkan, nenek tersayang saya menutup usia setelah seminggu berada di rumah sakit daerah. Nenek menderita stroke dan entah setan apa yang merasuki, semua anak-anak nenek saya ini saling menyalahkan dan lempar tanggung jawab untuk merawat beliau. Saya sempat menjenguknya di rumah sakit. Air mata meleleh saat melihat mata biru muda keabu-abuan itu terkatup lemah, tubuh gemuk dan lincah yang dulu kini berubah menjadi lemak menggelambir yang tergolek tak berdaya di atas kasur rumah sakit. Beberapa hari setelah saya menjenguknya, nenek pergi meninggalkan kami samua. Ada rasa lega dan sedih yang bercampur di hati saya. Lega karena nenek tidak perlu lagi merasa kesakitan dan sedih melihat anak-anaknya saling tuding atas keadaannya itu. Sedih karena itu berarti saya tidak lagi bisa menikmati semangkuk bakso bersama wanita gemuk bermata kelabu itu, tidak bisa lagi mencabuti ubannya lalu mendapat upah lima ratus rupiah. Tetapi saya sudah mengikhlaskan kepergiannya, karena saya yakin itu memang yang terbaik untuk beliau.
Kemudian, siang itu tanpa sengaja saya melewati rumah itu. Tua dan bobrok, dengan tanaman markisa yang menjalar liar di sepanjang pagarnya. Beberapa asbesnya mengelupas dan terjatuh di lantai putih itu, cat di kusennya pudar dan kusen-kusennya yang dulu kokoh pun keropos dimakan rayap. Pohon mangga yang dulunya gagah dengan buahnya yang sangat menggoda iman, kini diam tak bergerak menjadi potongan-potongan kayu besar di pojok halaman rumah itu. Jendela-jendela dengan tirai putih yang dulu selalu terbuka lebar kini tertutup rapat dan beberapa daun jendelanya hampir patah. Seakan rumah tua itu menandakan kehancuran keluarga kami, beberapa kerabat mulai terpecah-pecah dan saling acuh malah cenderung bermusuhan. Sedih sesungguhnya melihat keadaan itu, kenangan manis di masa kanak-kanak pun hangus entah ke mana. Tak ada lagi bermain bersama saudara di rumah itu, tak ada lagi keriuhan tawa anak-anak belajar naik sepeda di selasar gang itu. Tak terasa setitik air mata jatuh dari sudut mata saya saat melihat teras samping rumah itu, yang dudlunya tempat kami bersenda gurau bersama nenek dan para tetangga, hening sunyi senyap. Kini, tak aka nada lagi acara berkumpul bersama sanak saudara setiap hari raya Idul Fitri di sana. Semuanya pergi entah ke mana, kesibukan yang padat dengan cepat meniup potongan-potongan kecil kenangan manis tentang rumah itu.
Terkadang saya masih berharap melihat nenek tengah duduk di bangku itu dan menyambut kedatangan saya dengan senyumnya yang lucu tanpa satu gigi pun tertinggal di mulutnya. Tetapi yang ada hanyalah  hembusan angin sunyi yang menandakan kehampaan rumah itu. Ah, sungguh perih rasanya…

Senin, 12 Desember 2011

STREGOICA

Stregoica adalah sebuah band yang semua personilnya perempuan (bandku nih!). Awal mula terbentuknya band ini adalah ketika aku bertemu dgn seorang perempuan hebat bernama Ellyz di kampus Universitas Jember awal tahun 2006. Kami memiliki kecocokan satu sama lain dlm bidang musik (sama2 suka musik kenceng...:D ). Kami pun berniat membuat sebuah band dgn personil perempuan, akhirnya terbentuklah Semut Item. Tapi sayangnya band ini gak bertahan lama, setelah 2 tahun yg penuh lika-liku dan tersendat2 kami memutuskan untuk menyudahi band ini (kalo gak salah awal tahun 2009 bubarnya).

Lalu, karena kami (aku sama Ellyz) masi menggebu2 ber-band ria, akhirnya mencoba untuk membentuk sebuah band baru. Karena aku bassist dan Ellyz gitarist, jd langkah awal kami hunting vokalis sama drummer. Akhirnya ketemu (gausa nyebutin namanya deh..Hehehee) dan kami pun sepakat bergabung dalam band ini (wktu itu belum ada nama yg pas untuk band ini).
Saat itu bertepatan aku sdg mengerjakan skripsiku (skripsiku ttg Dracula karya Bram Stoker), iseng2 baca novel Dracula terlintas sebuah nama untuk band ini. Stregoica. Aku ambil dari novel ini yang berarti Tukang Sihir. Hmm.....not bad, I think. Setelah aku kabarin ke semua personil, merekapun setuju memakai nama itu. Ya, Stregoica.
 Terbentuklah Stregoica pada 8 Juni 2010. Tp ternyata kedua personil kami (vokalis dan drummer) mulai merasakan ketidakcocokan dan merekapun memutuskan untuk keluar. Kamipun hunting lagi dan akhirnya kami menemukan makhluk2 cantik nan kuat yang bernama Irin (2nd guitarist), Desy (drummer), dan Dewinta (vokalist).

Inilah wanita2 yang kami cari. Wanita dengan semangat tinggi untuk dapat terus berkreasi. Berikut ini adalah profil masing2 personil Stregoica.

Dewinta



Dewinta ato yg lebih dikenal dgn sebutan Wiwik (heheheee) adalah personil termuda di band ini (masi klas 3 SMA). Dari wajahnya kita gak bakal nyangka kalo dia punya suara yg oke bgt. Screamnya manteb dan clean voicenya juga sipp. Pingin kenal lebih deket, bisa add FB nya di: http://www.facebook.com/BheiSaiiankBhii?sk=info


Ellyz





Ini dia cewek yg aku sebutin dari awal. Seorang perempuan yang ingin terus berkarya walopun sekarang dia suda berkeluarga. Tapi sayangx tiga bulan terakhir ini dia gak lagi aktif d Stregoica krn dia lg ngebut garap skripsinya. Yaahhh...kita doakan biar dia bisa cpt nylese'in skripsinya trus bisa perform lagi bareng Stregoica
:) Sayang dia gak ada FB.next time maybe.heheheee


Chece





Hmm...it's me guys... Hahahahaaaa... Yap, aku adalah bassist Stregoica. You can add me on FB: http://www.facebook.com/profile.php?id=1329145748


Irinz




Eits...jgn menjudge cewek berkerudung gabisa ngeband yah! Cewek berkerudung yg satu ini manteb gitarannya. Shes our beloved guitarist. Skrg karena Ellyz jarg latia, jadinya Irin ini yg menghandle guitar. wiihh....sip kan! You guys can meet her on FB: http://www.facebook.com/profile.php?id=100000693589873


Desy



Desy ato nama kerenx Cempluk adalah drumer andalan kami. She looks so emo, right? Gebukan drumx mantab mengisi lagu2 Stregoica. Add Cempluk on FB:http://www.facebook.com/desy.aesthetized


Band ini masi berusia satu tahun lebih sedikit, tapi kami suda membuktikan bahwa perempuan bisa berkarya. Kami sekumpulan perempuan yg gak mau di pandang sebelah mata.
Pingin dengerin dan donlot lagu kami? buka aja: www.reverbnation.com/stregoica


Enjoy our music. I'll post the photos of our performance next time. Be wait......:)

Selasa, 08 November 2011

This is where I stuck in

Is this a gift or an examination?
I got a job a month ago. but this is very unpredictable job for me. I stuck in a horrible job. but Ive been trying to see in a good point of view.
8 am I go to office, then sit down, turn on the computer, and start to text something. Actually my job is a lil bit bored.I cant handle to be sit around in a long time in front of the computer.
This job is called HRD. u kno the mean,ha?yes. servicing annoying ppl. U kno that ppl have different minds, different ways, different anything else. and the point of my job is to make their different things the same and not conflicting another. What a suck!!
However, I have to do this job until my contract is over. and it means that I have to stay here for the next 5 month!!!! Arrrrrgggggggg.............................
In other case, I have to disguise my own self as a good girl in a neat dress.Not so me!!
EEwww....................I feel so caged here. I cant hang out with my crazy freinds, I cant do anything what I like!

Sum other ppl say that I have to thankful that I can work here.yes, I did.of course I do thankful to God that I can get a job and i can earn my own money.
But in other way, I can push my self to do this job further more.I think this will be my experince to get another better job. I figure out that I cant work in this way. I cant work with computer turn on in front of my face over and over again. I want to earn money with my own way. not like this.
Sometimes I feel guilty to God. I always grumble with everything.

Minggu, 07 Agustus 2011

Plester

Taw kan yang di sebut plester? itu tuh benda berbentuk persegi panjang yang d satu sisinya mengandung perekat dan biasanya digunakan untuk membalut luka. (hmm...panjang bgt penjelasanku?) 
Setelah aku ingat2, dulu waktu kecil aku gemar sekali menempelkan plester dimana-mana, d lutut, d kening, d tanagan, d kaki, d pipi dll. Yaahh...padahal gak kena apa2, gak luka atopun berdarah-darah. sekedar iseng aja. hahahaaa..
Kayaknya, aku berbeda dengan anak2 kecil lainnya. anak2 kecil lain biasanya suka menghabiskan uang jajan mereka dengan beli berbagai makanan dan snack2 yang macem2. tapi aku enggak. Bisa di tebak kan beli apa> Yap! Plester. Hahahahh...konyol banget kalo inget2 waktu kecil dulu. Plester dengan harga yang murah banget (wktu itu aku inget harganya masi 25 rupiah per biji) selalu ada di kantongku, d tas sekolahku, dan tentu saja di badanku. ^^
Apa yang ada di pikiranku waktu itu ya? Bayangin, nempelin plester di sekujur tubuh, aneh banget kan??! 
Sampe kadang2 ortu negur, "Che, knapa itu kok d kasi plester?" Dengan polos dan pasti aku akan menjawab, "di gigit semut!"   GUBRAKK!!  x)

 Dan kebiasaan itu masi berlanjut sampe aku SMP. wktu itu kalo gak salah pertama kalinya aku mengenal Jerawat. tiba2 aja tiga titik mungil nan menyebalkan muncul d pipi dan dahiku. Aku pikir itu di gigit nyamuk, lalu tanpa pikir panjang aku melesat ke toko seblah dan membeli segepok plester. Sampek rumah tiga plester pun menghiasi wajahku.
Dengan PD aku melenggang keluar kamar dan mendapati seluruh keluargaku terbahak-bahak. Whats wrong??
Setelah syokk beberapa menit karena suara tawa mereka yang membahana, salah satu kakakku, bertanya (dengan senyum dikulum tentunya), "Kenapa itu?". dan sekali lagi kujawab dengan polos,"gak taw, kayaknya digigit nyamuk".hahahaa....
Lalu merekapun menasehatiku tentang jerawat yang ternyata baru tumbuh di wajahku itu. Kata mereka, jerawat gak perlu di tutup pake plester, ntar bakal sembuh sndiri. Tapi aku jawab, "tp aku malu kan" sambil menunjuk ketiga jerawat mungil itu. "Coba deh kamu ngaca" kata kakakku dengan senyum menghina. Akupun kembali k kamar dan berkaca. Aneh. Tiga plester itu membuat mukaku aneh. jelek.hihihii...

Kuputuskan untuk melepaskan plester imut itu. pelan2...dan beres! Akhirnya aku sadar bahwa gak semua luka butuh plester.hahahaaa...kayak iklan aja ya? Sejak saat itu kebiasaanku menempelkan plester jadi berkurang dan sekarang berhenti sama sekali.
Tapi gak jarang juga lelucon konyol masi dilontarkan padaku. Olok2 tentang 'di gigit semut' masi terus melekat padaku sampai sekarang.hahahaa... Yasudalah, mau gimana lagi. itu emank kelakuan konyolku waktu masi kecil.
Sebenernya sekarangpun aku masi suka tergoda buat nempelin plester, tapii....aku kan udah gede! hahahahaaa...... :D








Senin, 01 Agustus 2011

God Loves Me. I know

Kadang kita sering berfikir bahwa hidup tidak adil. apa2 yang kita maw dan kita minta pada Tuhan terkadang gak di kabulin dan bikin kita dongkol. Aku juga sering berfikir seperti itu. seringkali aku berdoa dan berharap sesuatu menjadi kenyataan. dan, kalo ternyata doaku gak dikabulin, selalu saja "ah, Tuhan gak sayang sama aku" mencuat dalam hatiku.
Aku punya banyak sekali keinginan dan harapan yang selalu setiap malam aku mohonkan pada Tuhan (emm...gak setiap malam juga sih :p). dan selalu ingin semuanya menjadi kenyataan dengan jalan yang mudah. Aku yakin kita semua pasti berdoa begitu kan? :) Kadang aku sampe nangis darah  (hyperbole) berdoa sama Tuhan. Tapi apa, gak semua yang aku harapin tiba2 menjadi kenyataan begitu aja.!

Tapi belakangan ini aku sadar kalo Tuhan sayaaaanh banget sama aku. Aku sadar kalo beberapa doaku di tahun2 lalu baru terealisasi sekarang! Bayangin!!

Sungguh aku baru menyadari kalo doa kita emank gak mungkin langsung terkabul hanya dalam sekejap mata. Semua butuh proses dan perjuangan (ah..berat banget kayaknya). tapi beneran loh! Contohnya begini, dulu waktu esempe aku selalu menilis diary setiap hari (berlanjut sampe sekarang sih) dan di situ aku menulis apa2 yang menjadi harapanku. Beberapa bulan yang lalu aku buka lagi diary lamaku itu, dan terkesiap. Nyaris semua harapanku udah aku capai sekarang!!

Ini aku kasi list harapanku dulu (agak konyol sih):

1. aku pingin gigiku bagus (karna waktu itu gigiku rusak/gigis. Hahahaa...)
2. aku pingin pake kacamata yang bagus (dulu kacamataku jadull bangettt  :p)
3. aku pingin punya skateboard sendiri
4. aku pingin punya temn2 anak skate, biker, and musician
5. aku pingin punya cowok anak band

Dan, TARAAAAAA!!!!!!! Semuanya jadi kenyataan! Begini prosesnya:
1. Seorang temanku yang kuliah di kedokteran gigi menawariku untuk jadi pasien prakteknya (gratis!). lalu diapun merawat gigiku sampai menjadi bagus dan gigisnya ilang! Hahahaa...thanks sista!
2. Waktu masuk SMA tiba2 kacamataku pecah ato gimana aku lupa, trus di ganti sama yang baru. yang aku pake sampe sekarang (meski kadang2 aku pake contact lens juga)
3. Aku berhasil beli skateboard sendiri setelah kerja selama 3 bulan (kalo gak salah) jadi surveyor gas elpiji. waktu itu aku semester 3 kayaknya. dan aku sangat sangat berbahagia bisa membeli papan luncur itu! <3<3<3
4. Ya, semuanya. aku punya teman semuanya dari skater, biker, sampe musisi. lengkap sudah!
5. Dan ternyata seorang gitaris dari band Fortissimo juga jatuh cinta sama aku. hahahaa....jadi deh sekarang dia pacar pertamaku (dan kuharap yang terakhir juga. hehehee..)

So, lihat kan?Sekarang ini aku baru merasakan bahwa semua keinginanku terkabul dan menjadi kenyataan tanpa aku sadari. Tuhan punya rencana sendiri untuk mengabulkan doa2ku itu. dan selama ini ternyata aku berjalan di dalam rencana-Nya. itu baru beberapa doaku yang aku ingat., dan sepertinya masi banyak lagi yang menjadi kenyataan (I hope so)


Mungkin di posting selanjutnya aku bakal me-list lagi doa2ku yang sudah terwujud. The only thing I know is, God Loves Us all  


<3<3<3<3<3<3







Kamis, 28 Juli 2011

Here I am!!!

Well,..akhirnya aku bikin blog lagi. Sebenernya dulu aku udah ada blog, tapi gara2 jarang OL jadinya lupa passwordnya.Hahahaa...
Oke, sebelumnya aku kenalin diri dulu. Namaku Sheila tapi panggil aja Che biar lebih singkat gitu. Hemmm...baiklah, sekarang aku akan memulai menulis.
......
*mikir

Ummm...maybe next time aja deh. Belum ada ide mau nulis apa.Hahahaa..

See ya!